Selasa, 22 November 2016

Pengertian Asidimetri dan alkalimetri

Pengertian Asidimetri dan alkalimetri

Asidimetri dan alkalimetri merupakan
reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan
ion hidroksida yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat
netral. Asidimetri merupakan penetapan
kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa
dengan menggunakan penitran asam.
Sebaliknya alkalimetri adalah penetapan
kadar senyawa-senyawa yang bersifat
asam dengan menggunakan penitran
basa. Baca : Pemilihan Solven pada
proses Absorbsi
Dalam titrasi asam-basa, jumlah relatif
asam dan basa yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalen ditentukan oleh
perbandingan mol asam (H+) dan basa
(OH-) yang bereaksi. Untuk reaksi
antara HCl dengan NaOH titik ekivalen
tercapai pada perbandingan mol 1:1
tetapi untuk reaksi antara H2SO4
dengan NaOH diperlukan perbandingan
mol 1:2 untuk mencapai titik ekivalen.
H2SO4 (aq) + 2NaOH (aq) à
Na 2SO 4 (aq) + 2H2 O (l)
Dalam titrasi asam-basa perubahan pH
sangat kecil hingga hampir tercapai titik
ekivalen. Pada saat tercapai titik
ekivalen, penambahan sedikit asam atau
basa akan menyebabkan perubahan pH
yang besai ini seringkali dideteksi
dengan zat yang dikenal sebagai
indikator. Titik atau kondisi
penambahan asam atau basa dimana
terjadi perubahan warna indikator
dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik
akhir titrasi. Titik akhir titrasi sering
disamakan dengan titik ekivalen,
walaupun diantara keduanya masih ada
selisih yang relatif kecil. Semua masalah
yang berkaitan dengan titrasi asam basa
dapat dipecahkan dengan konsep
stoikiometri dan konsentrasi larutan
yang dinyatakan dengan mol,
perbandingan mol, molaritas atau
normalitas.
Larutan baku asam yang sering
digunakan dalam asidi-alkalimetri
umumnya dibuat dari asam klorida dan
asam sulfat. Kedua asam ini dapat
digunakan pada hampir semua titrasi,
akan tetapi asam klorida lebih disukai
daripasa asam sulfat terutama untuk
senyawa-senyawa yang memberikan
endapan dengan asam sulfat seperti
barium hidroksida. Asam sulfat lebih
disukai untuk titrasi menggunakan
pemanasan karena kemungkinan
terjadinya penguapan pada pemanasan
asam klorida yang dapat menimbulkan
bahaya. Asam nitrat selalu tidak
digunakan karena mengandung asam
nitrit yang dapat merusak beberapa
indicator.
Menurut Indigo Morie (2008), ada dua
cara umum untuk menentukan titik
ekuivalen pada titrasi asam basa, yaitu :
1. Memakai pH meter untuk memonitor
perubahan pH selama titrasi
dilakukan, kemudian membuat plot
antara pH dengan volume titran
untuk memperoleh kurva titrasi.
Titik tengah dari kurva titrasi
tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indikator asam basa.
Indikator ditambahkan pada titran
sebelum proses titrasi dilakukan.
Indikator ini akan berubah warna
ketika titik ekuivalen terjadi, pada
saat inilah titrasi kita hentikan.

0 komentar:

Posting Komentar